Dalam dunia penelitian, salah satu tantangan terbesar adalah menemukan celah yang belum terisi research gaps yang dapat membuka peluang baru untuk eksplorasi ilmiah. Celah ini ibarat peta tersembunyi yang memandu peneliti untuk menghasilkan kontribusi unik dan relevan dalam bidang keilmuan mereka. Namun, tidak semua orang memahami apa itu research gaps dan bagaimana mengenalinya.
Research Gap adalah pertanyaan atau masalah yang belum terjawab atau belum terselesaikan pada bida salah satu atau beberapa penelitian yang ada di satu bidang atau topik tertentu. Pada awalnya Muller-Bloch dan Kranz (2014) mengembangkan model kesenjangan penelitian yang dikembangkan dari Robinson dkk (2011). Kerangka teoritis mereka dikembangkan setelah melakukan penelitian mendalam mengenai tinjauan literatur dan didasarkan pada teori Jacob (2011) mengenai masalah penelitian. Jacobs (2011) mengidentifikasi enam jenis masalah penelitin Masalah-masalah ini paralel dengan kesenjangan penelitian seperti yang dibahas oleh Muller-Bloch dan Kranz (2014).
Kemudian Miles (2017) mengusulkan model research gap baru yang dibangun berdasarkan dua model sebelumnya yang terdiri dari tujuh kesenjangan penelitian inti sebagai berikut:
- Evidence Gap (Kesenjangan Bukti)
Evidence Gap atau Contradictory Evidence Gap terjadi ketika hasil dari berbagai studi dapat mendukung kesimpulan tertentu secara mandiri, namun menjadi kontradiktif ketika dilihat dari perspektif yang lebih abstrak atau holistik. Hal tersebut mengacu pada kurangnya data empiris atau penelitian untuk mendukung hipotesis atau teori tertentu.
Contoh:
Penelitian A menunjukkan bahwa penggunaan media sosial meningkatkan kesehatan mental karena membantu orang merasa lebih terhubung. Namun, penelitian B menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dapat menyebabkan kecemasan sosial dan depresi. Keduanya memiliki data valid tetapi menghasilkan kesimpulan yang kontradiktif ketika dilihat secara keseluruhan.
- Knowledge Gap (Kesenjangan Pengetahuan)
Kesenjangan ini terjadi Ketika terdapat kurangnya pemahaman atau informasi mengenai suatu bidang tertentu. Dalam banyak kasus, peneliti mendapati bahwa area tertentu belum dijelajahi sama sekali atau informasi yang ada belum mencukupi untuk menjawab pertanyaan penelitian. Knowledge gap menjadi dasar kuat untuk mengeksplorasi topik baru.
Contoh:
Ada penelitian sebelumnya yang membahas terkait suatu obat ABC yang dikatakan cukup ampuh untuk mengobati suatu penyakit, tetapi belum dipelajari terkait efek jangka panjangnya - Practical-Knowlegde Gap (Kesenjangan Pengetahuan-Praktis)
Jenis ini berkaitan dengan perbedaan antara temuan penelitian dan praktik profesional di lapangan. Ketika apa yang ditemukan oleh penelitian tidak sesuai atau tidak diterapkan dalam konteks nyata, terjadi gap. Hal ini sering menjadi fokus dalam penelitian terapan yang berusaha menjembatani teori dan praktik.
Contoh :
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa metode belajar berbasis proyek efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Namun, di sekolah-sekolah tertentu, guru masih menggunakan metode ceramah tradisional yang kurang sesuai dengan temuan tersebut, sehingga terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan praktik.
- Methodology Gap (Kesenjangan Metodologi)
Kenjangan ini terjadi ketika metode penelitian saat ini tidak memadai untuk mengeksplorasi pertanyaan tertentu.
Contoh :
Sebagian besar penelitian tentang pengalaman pengguna perpustakaan hanya menggunakan survei kuantitatif. Namun, untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam, diperlukan pendekatan kualitatif seperti wawancara mendalam atau focus group discussions (FGD) untuk mengeksplorasi pengalaman secara lebih personal
- Empirical Gap (Kesenjangan Empiris)
Kesenjangan ini muncul ketika tidak ada bukti empiris atau penelitian terhadap suatu pertanyaan atau fenomena tertentu.
Contoh :
Sebuah teori menyatakan bahwa keberadaan ruang kerja kolaboratif (co-working space) di perpustakaan meningkatkan kunjungan pengguna. Namun, teori ini belum diuji secara empiris di universitas dengan populasi mahasiswa yang berbeda, seperti di daerah pedesaan atau perkotaan.
- Theoritical Gap (Kesenjangan Teoritis)
Mengacu pada tidak adanya teori atau model yang dapat menjelaskan pengamatan atau fenomea tertentu.
Contoh :
Teori motivasi Maslow sering digunakan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia, tetapi belum banyak diterapkan dalam penelitian terkait motivasi membaca di kalangan Generasi Z di era digital. Penelitian ini bisa menjadi peluang untuk memperluas aplikasi teori tersebut.
- Population Gap (Kesenjangan Populasi)
Kesenjangan ini terjadi ketika penelitian tersebut belum mencakup kelompok atau populasi tertentu, sehingga dapat memberikan hasil yang tidak dapat digeneralisasikan.
Contoh :
Banyak penelitian tentang kebiasaan membaca berfokus pada mahasiswa perkotaan, sementara mahasiswa dari daerah terpencil atau kelompok minoritas sering kali diabaikan. Hal ini menciptakan celah dalam memahami kebutuhan mereka dan bagaimana intervensi dapat dirancang untuk mendukung kebiasaan membaca mereka.
Mengeksplorasi research gaps tidak hanya membantu peneliti menemukan kontribusi baru, tetapi juga mendorong kemajuan ilmu pengetahuan yang lebih inklusif dan terarah. Dengan mengenali berbagai jenis celah, seperti evidence gap hingga population gap, penelitian dapat difokuskan pada aspek-aspek yang benar-benar membutuhkan perhatian lebih. Pendekatan ini memastikan bahwa hasil penelitian tidak hanya memperluas teori, tetapi juga memberikan solusi praktis yang relevan. Oleh karena itu, setiap peneliti diharapkan mampu mengidentifikasi celah ini dengan cermat sebagai pijakan untuk menciptakan penelitian yang tidak hanya bermakna secara akademis, tetapi juga bermanfaat bagi kehidupan nyata.
Referensi :
Jacobs, R. L. (2011). Developing a research problem and purpose statement. In T. S. Rocco & T. Hatcher (Eds.), The handbook of scholarly writing and publishing (pp. 125– 141). Jossey- Bass.
Miles, D. A. (2017). A taxonomy of research gaps: Identifying and defining the seven research gaps [Doctoral student workshop]. Finding Research Gaps – Research Methods and Strategies, Dallas, Texas.
Müller- Bloch, C., & Kranz, J. (2014). A framework for rigorously identifying research gaps in qualitative literature reviews. In The Thirty Sixth International Conference on Information Systems (pp. 1– 19). Fort Worth.
Robinson, K., Saldanha, I., & McKoy, N. A. (2011). Development of a framework for to identify research gaps systematic reviews. Journal of Epidemiology, 64(1), 1325– 1330.