Komitmen adalah sikap menyesuaikan diri dengan mantap pada sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau komunitas. Mereka yang komitmennya tinggi akan kelihatan kinerjanya. Mereka yang kurang atau tidak komitmen biasanya menghindar dari tugas/kewajiban dan selalu mengedepankan reward dan menuntut fasilitas. Bahkan sangat mungkin akan memanfaatkan kesempatan mupung masih berkuasa untuk diri, keluarga, dan kelompoknya. Orang yang komitmen akan berusaha ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Sebaliknya, mereka yang kurang komitmen cenderung ing ngarsa ngentek-entekna, ing madya nggrogotono, tut wuri hangresiki.
Orang-orang yang komitmen dapat diketahui dari beberapa indikator dan perilakunya antara lain:
- Mau berkorban untuk mencapai sasaran, profesi, komunitas, lembaga, maupun bidang tertentu;
- Selalu mencari peluang, memanfaatkan peluang, mengembangkan peluang, bahkan berusaha menciptakan peluang
- Berusaha untuk berprestasi atau memajukan dimanapun mereka bekerja.
- Mendorong dan membimbing orang-orang sekitar, bawahan, rekan untuk selalu maju. Berusaha untuk lebih baik lagi.
Komitemen adalah kata yang harus disanding oleh orang yang ingin mencapai keberhasilan. Apabila orang ingin menjadi penulis misalnya, maka keinginan itu hanya akan menjadi impian di siang hari bolong bila tak ada komitmen. Betapa banyak orang yang memiliki ide bagus, namun bila tidak ditulis, tidak ditindak lanjuti dan tidak disampaikan maka ide itu akan menjadi fatamorgana. Konyolnya bila ide itu ditulis orang lain, lalu bilang bahwa itu sebenarnya ide saya.
Dengan komitmen pada cita-cita sebagai penulis, Ernest Hemingway mampu melahirkan buku-buku yang gemilang seperti; The Sun Also Rice, a Forewel to Arms,The Snows of Kilimanjaro, dan The Old Man and the Sea. Demikian pula dengan Leonardo Da Vinci, Vincent van Gogh, Pablo Picaso, Basuki Abdullah, dan Afandi yang komitmen sejak awal sebagai pelukis. Apabila mereka itu tidak komitmen sejak awal, tentunya kita tidak bisa menikmati hasil lukisan mereka. Maka benar apa yang dikatakan oleh Galentino Dinsi yang yang menyatakan “Gagasan sederhana yang dilaksanakan dan dikembangkan adalah seratus persen lebih baik daripada gagasan itu hebat tetapi tidak ditindaklanjuti”.
Orang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki inisiatif. Mereka yang memiliki inisiatif akan mampu membaca peluang, memanfaatkan peluang, mengembangkan peluang, bahkan mampu menciptakan peluang.Lain halnya dengan orang yang tidak memiliki komitmen, mereka pasti tidak mampu membaca peluang. Apalagi memanfaatkan dan mengembangkan peluang.
Orang-orang yang memiliki inisiatif biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Siap memanfaatkan peluang
b. Mampu menunjukkan prestasi dan kinerja yang baik melampaui kemampuan rata-rata orang lain
c. Dalam kondisi tertentu, berani berbeda, bahkan berani melawan arus
d. Berani melakukana petualangan dan berkorban untuk orang lain
e. Mendorong dan mengajak orang lain untuk memperbaaiki langkah-langkah yang
selama ini dianggap lemah
f. Dalam melakukan kegiatan selalu menerapkan keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change)
g. Lapang dada, toleran, dan tenang dalam menghadapi celoteh, ejekan,bahkan fitnah dari orang/pihak lain.
h. Tidak membalas kebencian dengan kebencian. Mereka berusaha membalas kebencian dan kebaikan. Tidak hanya pintar berkata, tetapi juga cerdas menyajikan data.
Orang-orang yang memiliki inisiatif biasanya bersikap berani menanggung resiko. Orang-orang seperti ini akan memperoleh keberhasilan dalam arti luas. Sementara mereka yang pecundang, tak punya inisiatif, tidak berani melangkah akan mudah menyerah pasrah, dan menerima kalah dalam kompetisi.
Suatu ketika Rasulullah Saw berkumpul dengan para sahabat. Beliau berkisah tentang 3 (tiga) orang yang akan masuk masjid untuk shalat jama’ah.Ketiga orang itu kebetulan datang terlambat dan dalam masjid sudah penuh jama’ah. Melihat kondisi seperti itu, orang pertama pulang ke rumah untuk shalat sendirian (munfarid). Orang kedua lalu mengikuti shalat jama’ah meskipun di serambi masjid. Kemudian orang ketiga sebelum shalat dimulai memperhatikan bahwa di shaf terdepan masih terdapat satu tempat cukup untuk satu orang. Maka orang ketiga ini punya inisiatif menuju shaf depan dan mengikuti shalat jama’ah sampai selesai. Mengomentari kejadian ini, Rasulullah Saw memberikan komentar bahwa orang pertama itu sebagai gambaran orang yang putus asa. Orang kedua adalah tipe orang yang malu dan kurang inisiatif. Sedangkan orang ketiga adalah tipe orang yang berinisisiatif, penuh harapan, bersemangat dan pantang menyerah. Maka orang ketiga ini memperoleh apa yang diinginkan.
Lasa Hs